Dominggus Yable: Wujudkan Papua Barat Daya Sebagai Pintu Masuk Pasifik Untuk Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia


penaxpose.com, JAKARTA - Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak diantara Samudera Hindia dan Pasifik memiliki posisi strategis sebagai jalur perdagangan internasional, utamanya wilayah Papua, terlebih khusus Sorong Provinsi Papua Barat Daya.

Berkait dengan posisi geografis dan potensi sumber daya didalamnya, akan menjadi modal besar bagi Papua sebagai jalur perdagangan internasional yang akan menghubungkan jalur perdagangan Indonesia dengan kawasan Pasifik. 

Hal itu pula yang membuat Papua memiliki potensi besar dalam menjalankan manuver geopolitik Indonesia di kawasan Pasifik.

Konektivitas jalur komunikasi menjadi kunci utama bagi Indonesia untuk meningkatkan pengaruh dalam hubungan perdagangan di kawasan Pasifik.

Sebab posisi Papua yang berbatasan langsung dengan negara-negara Pasifik, dinilai memiliki potensi sangat strategis sebagai pintu masuk Indonesia dalam hubungan perdagangan Indonesia-Pasifik.

Kehadiran Indonesia di kawasan Pasifik melalui konektivitas jalur perdagangan Papua Barat Daya-Pasifik, akan menjadi bagian penting dalam manuver geopolitik Indonesia ditengah persaingan kekuatan besar di kawasan Pasifik.

Dalam mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, Kota Sorong sebagai Ibu Kota Provinsi Papua Barat Daya, tentunya pantas untuk ditetapkan sebagai salahsatu pelabuhan transit bagi lintas jalur perdagangan Asia Timur menuju Australia dan negara-negara di Kepulauan Pasifik Barat.

Sehingga komoditas ekspor dari wilayah Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya tidak perlu lagi melalui pelabuhan Makassar.

Demikian uraian singkat Dominggus Yable Aktivis Pro Demokrasi Asal Papua ini tentang potensi Papua dalam mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

"Tentu ini sebagai bagian dari analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi infrastruktur pelabuhan yang ada sekarang dan kondisi yang diharapkan di Kota Sorong sehingga bisa tercipta pelabuhan yang ideal untuk melakukan kegiatan perdagangan internasional," terang Dominggus Yable, Sabtu (27/4/2024) sore.

"Ketersediaan fasilitas pelabuhan Kota Sorong sebagai pelabuhan utama sudah cukup untuk melakukan kegiatan ekspor dan juga impor," ucap sosok muda Aktivis Pro Demokrasi Asal Tanah Papua ini.

Namun, jelas Dominggus, pemberdayaan pelabuhan Kota Sorong sebagai pelabuhan transhipment memerlukan langkah-langkah pengembangan kedepan untuk mendukung poros maritim.

"Konsekuensi kebijakan poros maritim adalah modernisasi sistem pelabuhan di Indonesia sesuai dengan standar internasional sehingga pelayanan dan akses di seluruh pelabuhan harus mengikuti prosedur standar tersebut," tuturnya.

Untuk itu, lanjut Dominggus, perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan pelabuhan berupa transformasi pelabuhan Kota Sorong, pembenahan kebijakan operasional, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM), pembenahan infrastruktur, penyediaan sistem informasi, dan sinergitas manajemen.

"Sudah saatnya kita mulai menatap masa depan Indonesia, dimulai dari Ufuk Timur (wilayah matahari terbit) dengan pembangunan kembali Budaya Maritim Indonesia," tegas aktivis Pro Demokrasi asli orang Papua ini.

"Berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama," sebutnya.

"Komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim," imbuh Dominggus.

"Diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan dan membangun kekuatan pertahanan maritim menuju Indonesia Emas 2045 (100 Tahun Indonesia Merdeka)," pungkasnya.

Sumber: Dominggus Yable (Aktivis Pro Demokrasi Asal Tanah Papua)

0 Comments

Posting Komentar