Jakarta, penaXpose.com – Dunia sastra Indonesia kembali menunjukkan eksistensinya melalui peluncuran dan diskusi buku antologi puisi bertajuk "Ibu, Aku Anakmu: Membaca Ibu Membaca Cinta & Kasih Sayang". Acara yang digelar di Aula HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, pada Selasa (24/12/2024), menghadirkan berbagai tokoh sastra, aktivis, dan figur publik untuk menggali perspektif mendalam tentang cinta dan kasih sayang seorang ibu.
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, memberikan pandangan terkait sisi sosial dan politik peran perempuan, khususnya ibu, dalam masyarakat modern. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan seni seperti pembuatan buku antologi puisi ini. Saya sempatkan hadir untuk memberikan dukungan langsung karena kegiatan ini penting sebagai bagian dari edukasi seni, khususnya bagi generasi muda,” ungkap Rahayu.
Dalam sambutannya, ia juga menekankan pentingnya dukungan legislatif terhadap seni dan budaya. “Komisi VII bermitra dengan Kementerian Ekonomi Kreatif. Saya akan mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan untuk memperkuat kesenian dan kebudayaan sebagai identitas bangsa. Sebab tugas legislatif adalah legislasi, penganggaran, dan pengawasan," tambahnya.
Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), menyoroti peran ibu dalam membentuk karakter anak dan generasi bangsa. “Ibu adalah sosok utama yang memberikan cinta tanpa syarat, membentuk fondasi kehidupan kita semua,” ujarnya.
Veronica juga mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam memajukan dunia seni. “Singkirkan ego sektoral. Mari lakukan kolaborasi, karena kita memiliki wadah yang sangat representatif, yakni TIM. Jadikan TIM sebagai proyek percontohan kesenian, bukan hanya bagi Jakarta, tetapi juga untuk Indonesia,” serunya.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap seni puisi, Veronica membacakan puisi karya Fanny Jonathan Poyk, yang disambut antusias oleh peserta. Ia juga menekankan pentingnya kurasi karya untuk menjaga kualitas dan manfaatnya bagi masyarakat.
Kolaborasi Seni dan Budaya
Ajakan Veronica mendapat tanggapan positif dari Syaefulah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta. Ia menyatakan kesiapan pihaknya untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian PPPA.
“Meski sarana dan prasarana sudah tersedia, perlu adanya kegiatan yang terorganisasi dengan baik untuk menarik minat masyarakat. Kami siap mendukung langkah kolaborasi ini,” ujar Syaefulah.
Kolaborasi ini diharapkan mampu menjadikan TIM sebagai pusat kesenian yang membanggakan Jakarta sekaligus menjadi ikon kebudayaan Indonesia di tingkat nasional dan internasional.
Diskusi dan Penampilan Penyair
Acara ini dipandu oleh Arief Joko Wicaksono, penyair sekaligus dosen Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), bersama Swary Utami Dewi, aktivis gender, sosial, dan lingkungan, yang bertindak sebagai moderator.
Diskusi mengangkat tema reflektif tentang cinta dan kasih sayang seorang ibu, dengan pertanyaan utama, “Benarkah cinta seorang ibu mati suri dalam era modern ini?” Pertanyaan ini menggugah pemikiran para peserta yang terdiri dari akademisi, aktivis, dan mahasiswa.
Momen semakin berwarna dengan pembacaan puisi oleh penyair ternama seperti Jose Rizal Manua, Imam Ma'arif, Exan Zen, Fanny Jonathan Poyk, dan penyair internasional Dr. Abang Fatdell bin Abang Muhi dari Malaysia. Penampilan mereka mendapat sambutan hangat dari audiens.
Antologi Sebagai Medium Inspirasi
Antologi puisi "Ibu, Aku Anakmu" tidak hanya menyampaikan pesan cinta dan kasih sayang universal, tetapi juga membuktikan bahwa sastra tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat. Melalui kolaborasi lintas generasi dan negara, karya ini diharapkan menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai peran ibu dalam kehidupan sehari-hari.
Acara yang berlangsung dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB ini menjadi momentum penting dalam membangkitkan kembali gairah sastra Indonesia. (Emy)
0 Comments
Posting Komentar