Komunitas Cinta Budaya (KCB) Gelar Srawung Sangu 2025, Perkuat Nilai-Nilai Sastrajendra


Jakarta, penaXpose.comKomunitas Cinta Budaya (KCB), dengan dukungan Perkumpulan Pelestari Budaya Pusaka Nusantara (PPBPN), menggelar acara Srawung Sangu 2025 di Museum Benyamin Suaeb, Jatinegara, Jakarta Timur, pada Sabtu (15/2/2025) malam. Acara ini mengangkat ajaran Sastrajendra, sebuah ilmu spiritual dan filosofi Jawa yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Sastrajendra: Ilmu Kehidupan dari Leluhur

Sastrajendra merupakan ajaran kuno yang pernah disebut dalam berbagai manuskrip dan kakawin, seperti Çastra Kajitendriyan dan Kakawin Uttarakanda. Ajaran ini kemudian berkembang dalam berbagai karya sastra Jawa klasik, termasuk Kakawin Arjuna Wijaya oleh Empu Tantular pada abad ke-13, serta Kakawin Arjuna Sasrabahu yang ditulis oleh R.Ng. Yasadipura II (1760–1845 M). Pada abad ke-18, ajaran ini kembali diperkenalkan melalui Serat Lokapala karya R.Ng. Sindusastra (1831), hingga akhirnya dikenal dengan nama Sastrajendra Yuningrat Pangruwating Diyu atau Sastrajendra Wadiningrat.

Rangkaian Kegiatan Srawung Sangu 2025

Acara Srawung Sangu 2025 menghadirkan berbagai ritual dan sesi pembelajaran spiritual, di antaranya:

• Sidhikara Pusaka, yaitu ritual penyegaran energi pusaka yang melibatkan aktivis budaya dari PPBPN.

• Siraman Pengasihan, sebuah proses spiritual healing untuk mempersiapkan diri menghadapi tahun 2025 dengan lebih sukses dan lancar.

Pendirian Sastrajendra Living Academy (SLA)

Dalam sambutannya, Buntje Harbunangin, selaku pendiri Komunitas Cinta Budaya (KCB), berharap ajaran Sastrajendra dapat semakin berkembang melalui Sastrajendra Living Academy (SLA). Menurutnya, SLA memiliki konsep SKSD yang terdiri dari:

• S (Skill Spiritual): Belajar meditasi untuk mengembangkan kesadaran dan ketenangan diri.

• K (Kekeluargaan): Membangun komunitas yang saling mendukung dalam ajaran Sastrajendra.

• S (Seni): Menghidupkan nilai-nilai budaya melalui puisi, musik, dan seni lainnya.

• D (Damai): Menciptakan harmoni dan menjadi agen perdamaian dalam kehidupan sosial.

"Kami berharap SLA bisa menjadi tempat pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga praktik langsung. Selain itu, semoga ke depan kita memiliki basecamp sendiri untuk memperkuat komunitas ini," ujar Buntje.

Pelestarian Budaya dan Peran Generasi Muda

Bambang Dwi Hayunanto, selaku pembina Sastrajendra, menegaskan bahwa ajaran ini memiliki nilai luhur dalam pelestarian budaya. Menurutnya, banyak generasi muda yang kurang mengenal warisan budaya sendiri dan lebih mengagumi budaya asing.

"Kami ingin mengenalkan kembali ajaran Sastrajendra kepada anak muda agar mereka memahami warisan leluhur. Dengan pendekatan yang tepat, kami berharap ilmu ini bisa terus berkembang di Indonesia," jelasnya.

Selain itu, acara ini juga membahas filosofi keris dalam ajaran Sastrajendra, yang tidak hanya dipandang sebagai senjata, tetapi juga sebagai simbol spiritual dan kebijaksanaan.

Sastrajendra: Ilmu Kapro untuk Semua Golongan

Ida Sekar Kinasih, selaku penasehat Sastrajendra, menjelaskan bahwa ajaran ini bukanlah sebuah agama atau aliran kepercayaan, melainkan ilmu kehidupan yang bersifat universal.

"Sastrajendra adalah ilmu yang membantu seseorang dalam perjalanan menuju kesempurnaan hidup. Konsepnya adalah memayu hayuning pribadi, memayu hayuning keluargo, memayu hayuning sesami, dan memayu hayuning bawono—yaitu bagaimana kita memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, dan dunia," paparnya.

Menurutnya, Sastrajendra telah terdaftar secara resmi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ilmu budaya yang dilindungi. Ia pun mengajak masyarakat untuk kembali menggali nilai-nilai luhur warisan leluhur sebagai pedoman hidup.

Harapan ke Depan

Dengan terselenggaranya Srawung Sangu 2025, Komunitas Cinta Budaya berharap semakin banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang tertarik untuk mempelajari ajaran Sastrajendra. Melalui Sastrajendra Living Academy (SLA), ilmu ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan keseimbangan dan kedamaian dalam masyarakat.

"Kami ingin membangun mental spiritual bangsa yang kuat dan sehat. Dengan memahami Sastrajendra, seseorang dapat menemukan jati diri yang utuh dan mencapai kesempurnaan hidup," tutup Ida Sekar Kinasih.

(Pray) 

0 Comments

Posting Komentar